Surabaya - Perkawinan anak masih menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) serius di Jawa Timur. Perkawinan anak menjadi salah satu faktor terbesar pemicu terjadinya stunting karena kehamilan di usia terlalu muda, meningkatkan risiko perceraian, KDRT hingga risiko kematian ibu dan kematian bayi.
Menyikapi hal tersebut, diperlukan langkah konkrit dan strategis yang dapat menurunkan angka pernikahan dini di Jawa Timur. Senin (23/9/2024) dilakukan penjajakan kerjasama BKKBN dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) untuk menekan angka pernikahan dini.
Pada kesempatan itu, Kepala BKKBN Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM menerima audiensi Dekan FISIP UINSA Prof. Dr. H. Abdul Chalik, M.Ag beserta jajaran di Kantor BKKBN Jawa Timur.
“Jumlah pernikahan dini di Jatim yang masih tinggi ini berbanding lurus dengan angka perceraian dan masih relatif tingginya angka stunting. Hal ini terjadi karena usia pasangan pengantin di bawah umur yang belum matang secara fisik dan mental, ” kata Erna di kesempatan tersebut.
Baca juga:
Anies Baswedan di Mata Seorang Sulfikar Amir
|
Kasus perceraian itu, lanjut Erna, bisa terjadi karena pasangan masih usia sekolah, sehingga tingkat emosi masih labil atau belum dewasa.
“Kehamilan yang terjadi pada usia remaja juga berpotensi tinggi menyebabkan kelahiran bayi stunting, ” sebutnya.
Menanggapi hal itu, Dekan FISIP UINSA menyatakan segera menyiapkan langkah baru untuk ikut mengawal Program Bangga Kencana di Jawa Timur.
“UINSA akan berupaya menghadirkan sesuatu yang baru bersama BKKBN demi mendukung program Bangga Kencana” kata Chalik.
Turut hadir pada audiensi, Ketua Forum PAUD Jatim, Dr. Dwi Astutik S.Ag, M.Si yang selama ini berperan dalam edukasi orang tua anak PAUD khususnya dalam pemenuhan makanan bergizi seimbang.
“Kerjasama BKKBN dengan mitra akademis UINSA ini sangat berpotensi untuk lebih maksimal menghadang pernikahan dini yang notabene di Jatim angkanya masih tinggi” tutup Kaper Jatim.@Red.